Kisah Unik Batu Pancawarna dan Konferensi Asia Afrika (KAA)
Ada cerita yang masih tersisa selepas perhelatan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada 19-24 April 2015 yang lalu. Dibalik suksesnya kegiatan tersebut ternyata ada kisah mistis terkait souvenir berupa liontin batu pancawarna yang diberikan kepada 109 kepala negara yang hadir pada kesempatan tersebut.
Adalah Yudi Nugraha, pengrajin batu akik pemilik workshop Lasminingrat Gemstone asal Garut, Jawa Barat yang diberikan tanggung jawab untuk menyiapkan souvenir liontin berupa batu pancawarna bagi peserta KAA.
Hari-hari menjelang KAA di workshopnya terlihat sangat super sibuk, bahkan para pekerja harus lembur hingga pukul 08.00 wib demi menyelesaikan pesanan.
Pada awalnya batu pancawarna bukanlah pilihan untuk dijadikan souvenir bagi delegasi KAA, bahkan Wali Kota Bandung -Ridwan Kamil- pada awalnya lebih dulu memilih Batu Biru dari Baturaja, Sumatera Selatan sebagai cinderamata, namun setelah ditimbang kenapa tidak mempopulerkan Batu Pancawarna yang asli dari Garut, Jawa Barat maka diputuskan Batu Panca Warna sebagai cinderamatanya.
Batu Jenis Panca Warna termasuk batu mulia yang langka, bahkan Ratu Elizabeth dan Kate Middleton dari Inggris juga menggunakan Pancawarna untuk anting dan cincin.
Ada cerita unik dibalik ditemukannya batu tersebut, pada saat pertama kali ditemukannya bongkahan batu tersebut dengan berat 200 Kg, namun setelah dibersihkan dari bagian yang tidak berkualitas tinggal 60 Kg. Dan uniknya ternyata berat tersebut sama dengan peringatan KAA yang ke 60 tahun.
Pancawarna melambangkan simbol persatuan bagsa Indonesia yaitu: Pancasila, dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” berbeda-beda tetapi satu kesatuan. Hingga saat ini pembeli Batu Pancawarna hasil dari Garut sudah sampai ke luar negeri, seperti : Hongkong, Tiongkok, Malaysia, Timur Tengah, dll.